Kisah Inspiratif DAHLAN ISKAN Melewati Masa-Masa Sulit
Kamis, 06 September 2012
0
komentar
Untuk
anak-anak yang hidup di keluarga tidak mampu, jangan pernah menyerah untuk
mengejar cita-cita. Kisah Dahlan Iskan berikut semoga bisa memberikan inspirasi
dan semangat! Sila disimak...
“HIDUP,
bagi orang miskin, harus dijalani apa adanya." Kalimat itu ditulis
oleh Dahlan Iskan sebagai pengantar sebuah novel yang diklaim oleh
penulisnya Khrisna Pabihara sebagai diinspirasi oleh kisah hidup sang menteri.
Namun "Sepatu Dahlan", sebuah novel setebal 369
halaman dan 32 bab justru runtut bertutur mengenai perjuangan, kerja keras dan
semangat pantang menyerah seorang anak miskin untuk mencapai masa depan yang
jauh lebih baik dengan latar belakang peristiwa Gerakan 30 September PKI.
Sosok Dahlan kecil yang digambarkan oleh penulis dalam novel
itu bukanlah orang yang pasrah terhadap keadaannya. Dahlan kecil dalam novel
itu adalah seorang pejuang, pejuang bagi masa depannya tak peduli jalan
berliku.
Dahlan, bocah miskin asal Kebon Dalem, Jawa Timur, berpeluh
untuk mewujudkan mimpinya, yang semula sangat sederhana untuk ukuran sebagian
besar anak Indonesia saat ini, yaitu sepasang sepatu dan sepeda.
Tapi dia tidak menyerah. Dari Kebon Dalem, kampung yang
dilukiskan sebagai hanya memiliki enam buah gubuk yang letaknya saling
berjauhan, Dahlan tekun menyusun langkah hingga akhirnya kini tertambat di
salah satu kursi Kabinet Indonesia Bersatu II sebagai Menteri BUMN. Sepatu Dahlan
Sebuah lompatan yang sangat mengagumkan jika merujuk pada
novel "Sepatu Dahlan" yang menyebutkan bahwa nyaris seluruh lelaki
dewasa di Kebon Dalem bekerja sebagai buruh atau kuli.
Walau, Dahlan kecil karena kondisi keluarganya yang berada
di bawah garis kemiskinan juga terpaksa merasakan kerasnya hidup sebagai buruh.
Setiap hari ia harus berjalan puluhan kilometer untuk bersekolah tanpa alas
kaki.
Sepulang sekolah banyak pekerjaan yang harus dilakoninya
demi sesuap tiwul, mulai dari nguli nyeset, nguli nandur (menjual
tenaga di sawah), sampai melatih tim voli anak-anak pengusaha tebu.
Berkat kerja kerasnya, Dahlan berhasil mengumpulkan uang
untuk membeli sepeda secara mencicil dan kemudian dia bahkan mampu membeli dua
pasang sepatu untuk dirinya dan adiknya. Sekalipun semua itu baru dapat
diwujudkannya ketika ia duduk di kelas tiga SMA (Aliyah). Suatu jalan yang
panjang untuk sepasang sepatu. Sepasang sepatu yang kemudian lebih banyak
ditenteng oleh Dahlan karena ia merasa sayang menggunakannya.
“Takut rusak jadi sepatu ditenteng dan tetap nyeker
(telanjang kaki) ke sekolah supaya sepatunya awet." Namun Dahlan punya
apologi untuk itu. Ia bukannya malas bekerja, ia menghabiskan waktu menjadi
buruh di sawah berhari-hari dengan harapan dapat memperoleh upah untuk membeli
sepatu namun ternyata setiap kali menerima upah setiap kali itu pula ada
hal-hal lain yang lebih mendesak disbanding sepatu, missal beras, tepung
singkong, cabai, gula atau minyak tanah”.
“Mata berkunang-kunang, keringat bercucuran, lutut
gemetaran, telinga mendenging...Siksaan akibat rasa lapar ini memang tak asing,
tetapi masih saja berhasil mengusikku...Sungguh aku butuh tidur. Sejenak pun
bolehlah, Supaya lapar ini terlupakan," tulis Khrisna guna menggambarkan
kerasnya kehidupan Dahlan Kecil untuk mencapai mimpinya yang “sederhana”.
Lempar Sepatu Dalam acara peluncuran novel "Sepatu
Dahlan" di Bunderan Hotel Indonesia, Jakarta, Minggu (27/5), Dahlan kembali
melakukan aksi "melempar". Tapi bukan kursi yang dia lempar namun
sepatu yang ia pakai. “Saya copot, lempar ke anda dan saya pakai buatan
Indonesia,” katanya. Pelemparan sepatu itu merupakan bentuk dari penolakannya
terhadap sepatu buatan luar negeri.
Lebih lanjut ia mengatakan bahwa novel "Sepatu
Dahlan" adalah satu bentuk teguran baginya selaku pejabat publik untuk
tidak lagi menggunakan sepatu buatan luar negeri. Setelah melempar sepatunya,
Dahlan kemudian mengawali Gerakan Sepatu untuk Anak Indonesia dengan membagikan
sekitar 1.000 sepatu untuk anak-anak Sekolah Dasar di seluruh sudut Jakarta.
Aksi "bagi-bagi" sepatu itu memperoleh rekor dari
Museum Rekor Indonesia sebagai gerakan berbagi sepatu terbanyak karena
ditargetkan akan memberikan lebih dari 3.600 pasang sepatu bagi anak-anak
Indonesia.
Terkait novel yang disebut terinspirasi dari kisah hidupnya,
Dahlan mengaku kaget saat pertama kali memperoleh informasi mengenai penulisan
novel tersebut. Novel itu, katanya, juga membuat dia penasaran karena dia
adalah seorang penikmat novel.
Namun ia memuji kepiawaian sang penulis yang mampu
menghidupkan kisah hidupnya. Tetapi, Dahlan mengingatkan bahwa beberapa adegan
dan tokoh yang terdapat dalam novel itu adalah fiktif walau semangatnya sama.
Novel "Sepatu Dahlan" adalah bagian pertama
dari trilogi novel inspirasi Dahlan Iskan yang ditulis oleh Khrisna
Pabichara dan diterbitkan oleh Noura Books. Dalam buku itu dikisahkan masa
kecil Dahlan Iskan yang tumbuh besar dengan dua impian yaitu sepatu dan sepeda
serta kisahnya dengan seorang gadis bernama Aisha.
Menurut Khrisna, Dahlan kecil yang hidup di bawah garis kemiskinan tidak tega menyampaikan impiannya kepada orang tuanya sehingga dia berusaha untuk mewujudkannya dengan usahanya sendiri. Setiap hari ia harus berjalan puluhan kilometer untuk bersekolah tanpa alas kaki. Sepulang sekolah banyak pekerjaan yang harus dilakoninya demi sesuap tiwul.
Buku itu juga menyebutkan bahwa di usia mudanya, Dahlan
sudah banyak merasakan kehilangan, yang semua tertuang dalam catatan hariannya.
Namun sekalipun novel itu terinspirasi oleh kehidupan Dahlan, Khrisna
menjelaskan bahwa sebagian tokoh dan kisah di dalam novel "Sepatu
Dahlan" merupakan hasil imajinasinya.
Dalam acara peluncuran novel itu hadir juga sejumlah tokoh
antara lain Ary Ginanjar Agustian, Tina Talisa, Putra Nababan dan
Abdillah Toha, yang bergantian memberikan pandangannya atas novel itu.
"...setelah membaca buku ini, segalanya terkonfirmasi. Kesederhanaan,
rendah hati dan kerja keras yang dibarengi keteguhan hati, bukanlah sekedar
gebrakan,” kata pembawa acara berita Putra Nababan.
Ia mengatakan bahwa novel "Sepatu Dahlan" membuatnya lebih banyak bersyukur atas segala karunia yang diterimanya dalam kehidupan sehari-hari. “Pagi ini saya memakaikan sepatu kepada anak saya dan saya bersyukur. Saya bayangkan kalau saya dan anak saya mengalami seperti itu,” katanya.
Sementara itu pembawa acara yang lain, Tina Talisa,
mengatakan bahwa novel tersebut menginspirasinya untuk tidak pantang menyerah.
“Pada saat saya membaca saya menjadi sadar bahwa kalau kita mengeluh kita tidak
akan mendapatkan apapun,” ujarnya.
Sedangkan Ary Ginanjar menilai novel "Sepatu
Dahlan" memiliki pesan besar yaitu agar pihak yang kaya bermanfaat dan
pihak yang miskin bermartabat. “Sepatu Dahlan adalah sebuah makna kebebasan.
Sebuah makna dimana kita keluar dari segala hal birokrasi,” tuturnya.
Novel "Sepatu Dahlan" menurut politisi Abdillah
Toha akan diikuti oleh "Surat Dahlan" dan "Kursi
Dahlan". “Pak Dahlan mudah-mudahan menjadi inspirasi untuk bangsa
Indonesia sekarang dan masa depan,” ujarnya.
TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGAN SAUDARA
Judul: Kisah Inspiratif DAHLAN ISKAN Melewati Masa-Masa Sulit
Ditulis oleh jin
Rating Blog 5 dari 5
Semoga artikel ini bermanfaat bagi saudara. Jika ingin mengutip, baik itu sebagian atau keseluruhan dari isi artikel ini harap menyertakan link dofollow ke https://jintyoungpark.blogspot.com/2012/09/kisah-inspiratif-dahlan-iskan-melewati.html. Terima kasih sudah singgah membaca artikel ini.Ditulis oleh jin
Rating Blog 5 dari 5
0 komentar:
Posting Komentar